Menghargai Orang Lain
Manusia adalah makhluk sosial, tidak akan bisa hidup individu
dan manusia membutuhkan orang lain untuk bersosialisasi. Bagaimana cara manusia
bersosialisasi terhadap satu sama yang lain juga perlu dilihat. Sudah sifat
alamiahnya manusia memiliki sikap egois atau sikap mementingkan diri sendiri
sebelum orang lain. Pengalaman pribadi saya betapa perlunya menghargai orang
lain dalam hal apapun
Tanpa sadar kita sering melukai perasaan orang lain dengan
ucapan kita. Saat masih duduk di SMA dulu saya bukan type orang yang mudah
untuk bergaul. Lama kelamaan saya mulai susah untuk mengekpresikan diri saya. Dampaknya
saya kurang bisa untuk mengatur tutur bahasa. Contohnya saya saat itu sedang
mendiskusikan sebuah tugas kelompok dengan kelompok saya. Salah satu teman
dikelompok saya mengajukan ide, saya menanggapi ide tersebut dengan cara yang
tidak benar, sebenarnya saya tidak bermaksud begitu. Akhirnya terjadi
pertikaian dalam kelompok.
Sikap menghargai orang lain sangat diperlukan. Seperti yang
saya ceritakan sebelumnya, saya merupakan orang yang tidak mudah bergaul dan
sulit mengekspresikan diri melalui kata-kata. Saya pernah tinggal di asrama
dalam beberapa waktu. Saat pertama kali masuk dan tinggal di asrama banyak
sekali perbedaan yang dapat dirasakan. Terutama peraturan dalam asrama. Di asrama
saya memiliki teman dari macam kalangan, dan usia yang relatif berbeda tidak
hanya itu mereka datang dari berbagai daerah yang tersebar di Indonesia. Mulai
dari kota hingga dari pelosok desa.
Di asrama kami diwajibkan berbahasa inggris karena banyak
dari kami yang datang dari berbagai daerah tidak semuanya bisa berbahasa
inggris. Kemampuan berbahasa inggris kami relatif berbeda. Di asrama diwajibkan
untuk mengikuti peraturan yang ada. Contohnya bangun subuh dan tidur larut
malam karena tugas.
Pada saat asrama saya belajar banyak bagaimana cara
menghargai orang lain. Dimulai dari hal sederhana. Tiap hari kami dibangunkan
oleh Mr. Weaker. Mr.Weaker adalah orang yang dipilih oleh pengurus sekaligus
pengajar di asrama untuk membangunkan teman asrama lain setiap kamar. Bagi saya
tidak mudah untuk bangun lebih awal dengan tidur yang tidak cukup. Dari situ saya
belajar untuk menghargainya dengan cara tidak tidur kembali setelah dibangunkan
dan membantunya untuk membangukan rekan-rekan yang lain.
Di asrama setiap malam jum’at memiliki rutinitas ‘Yasinan’
bagi yang muslim dianjurkan untuk mengikuti kegiatan ini. Sedangkan yang
beragama non-muslim diperbolehkan keluar bersama salah satu pengurus atau
pengajar dari asrama dan kembali setelah acara selesai. Setelah selesai ‘Yasianan’
kami membuka forum untuk menyampaikan keluhan dan kesan selama diasrama. Saya
memberanikan diri untuk berdiri dan menyampaikan keluhan saya selama berada di
asrama, saya menyampaikan keluhan saya mulai dari antrian mandi, jadwal sholat,
sendal yang sering tertukar, peralatan mandi yang sering pinjam namun tidak
kembalikan. Saya terbata-bata saat menyampaikannya tapi rekan-rekan asrama saya
dengan antusias mendengarkannya, sikap respect
dan toleransi mereka sangat tinggi.
Mulai saat itu sikap menghargai orang lain bertambah dan
lebih peka. Saya selalu respect dan mendengarkan ketika dosen menerangkan mata
kuliahnya, dan presentasi dari teman-teman saya. Tidak hanya dalam akademik juga dalam kehidupan sikap respect sangat diperlukan. Ketika kia bisa
menghargai orang lain mulai dari pendapat, ide-ide dan bahkan curhatan mereka
akan banyak pula kita dihargai.