- Manusia sebagai Makhluk yang
Berbudaya
Manusia dikatakan sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain adalah
makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan
kebahagiaan, karena yang membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu
yang baik, benar dan adil, maka hanya manusia yang selalu berusaha menciptakan
kebaikan, kebenaran dan keadilan sajalah yang berhak menyandang gelar manusia
berbudaya.
Manusia sangat mempunyai hasrat yang tinggi apabila dibandingkan dengan
makhluk hidup yang lain. Hasrat untuk selalu menambah hasil usahanya guna
mempermudah lagi perjuangan hidupnya menimbulkan perekonomian dalam lingkungan
kerja sama yang teratur. Hasrat disertai rasa keindahan menimbulkan kesenian.
Hasrat akan mengatur kedudukannya dalam alam sekitarnya, dalam menghadapai
tenaga-tenaga alam yang beraneka ragam bentuknya dan gaib, menimbulkan
kepercayaan dan keagamaan. Hasrat manusia yang selalu ingin tahu tentang segala
sesuatu disekitarnya menimbulkan ilmu pengetahuan.
- Kebudayaan adalah Produk Manusia
Kebudayaan
adalah hasil cipta, karsa dan rasa manusia oleh karenanya kebudayaan mengalami
perubahan dan perkembangan sejalan dengan perkembangan manusia itu.
Perkembangan tersebut dimaksudkan untuk kepentingan manusia itu sendiri, karena
kebudayaan diciptakan oleh dan untuk manusia.
Kebudayaan
adalah produk manusia, namun manusia itu sendiri adalah produk kebudayaan.
Dengan kta lain, kebudayaan ada karena yang diciptakannya. Kebudayaan akan
terus hidup manakala ada manusia sebagai pendukungnya.
Contoh
sederhana yang dapat kita lihat adalah hubungan antara manusia dengan
peraturan-peraturan kemasyarakatan. Pada saat awalnya peraturan itu dibuat oleh
manusia, setelah peraturan itu jadi maka manusia yang membuatnya harus patuh
kepada peraturan yang dibuatnya sendiri itu. Dapat disimpulkan bahwa manusia
tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan, karena kebudayaan itu bahwa manusia
tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan, karena kebudayaan itu merupakan
perwujudan dari manusia itu sendiri. Dan kebudayaan dapat mempengaruhi tingkat
pengetahuan, sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia.
Pada
hakikatnya, kebudayaan adalah warisan sosial. Dalam arti bahwa kebudayaan diturunkan
dari generasi ke generasi berikutnya melalui suatu proses pembelajaran, baik
secara formal maupun secara informal. Adapun proses pembelajaran formal itu umumnya
dilakukan lewat program-program pendidikan dalam berbagai lembaga pendidikan,
seperti sekolah, kursus, akademi, per-guruan tinggi, dan lain-lain tempat pusat
pelatihan kerja dan keterampilan. Di sini semua wujud kebudayaan spiritual maupun
material yang berupa sistem gagasan, ide- ide, norma-norma, aktivitas-aktivitas
berpola, serta berbagai benda hasil karya manusia dikemas dalam mata pelajaran
dan kurikulum yang disusun serta diberikan secara sistematik. Sementara itu, proses
pembelajaran informal diselenggarakan melalui proses enkulturasi (enculturation)
dan sosialisasi(socialization).
Enkulturasi
adalah proses penerusan kebudayaan kepada seseorang individu yang dimulai
segera setelah dilahirkan, yaitu pada saat kesadaran diri yang bersangkutan
mulai tumbuh dan berkembang. Agar kesadaran diri itu dapat berfungsi, seorang
individu harus dilengkapi dengan lingkungan sosialnya. Mula-mula ia mengetahui
objek-objek di luar dirinya. Obyek ini selalu dipahami menurut nilai kebudayaan
di tempat dia dibesarkan.Bersamaan dengan itu, individu tersebut memperoleh
orientasi yang bersifat ruang, waktu, dan normatif. Dengan kata lain, dalam
proses enkulturasi ini seorang individu mem- pelajari dan menyesuaikan alam
pikiran serta sikap perilakunya dengan adat istiadat, sistem norma, dan
peraturan-peraturan yang ada di dalam kebudayaannya.
Dalam pada
itu, dampak enkulturasi terhadap kepribadian ialah bahwa di dalam beberapa
kebudayaan, kebiasaan membesarkan dan mengasuh anak dengan cara- cara represif
cenderung meningkatkan per- tumbuhan kepribadian yang penurut, sedangkan dalam
kebudayaan lain, kebiasaan membesarkan dan mengasuh anak yang permisif
tampaknya mempermudah terbentuknya kepribadian yang sebaliknya, yaitu kepri
badian yang bebas dan lebih percaya diri.
Adapun
pewarisan kebudayaan yang dilakukan melalui proses sosialisasi sangat erat
berkaitan dengan proses belajar kebudayaan dalam hubungannya dengan sistem
sosial. Dalam proses ini seorang individu mulai dari masa kanak-kanak, masa
dewasa, hingga masa tuanya, belajar ber- macam-macam pola tindakan dalam
interaksi dengan semua orang di sekitarnya yang menduduki bermacam-macam status
dan peranan sosialnya yang ada dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
- Globalisasi Budaya Bangsa Indonesia
Globalisasi budaya bagi
bangsa Indonesia dampak positif atau negatif sebenarnya tergantung dari sudut pandang
yang bagaimana dari bangsa Indonesia itu menilai, jika suatu globalisasi itu
dapat berrmanfaat tentunya globaisasi budaya itu dapat berdampak positif namun
jika sebaliknya justru akan menjadi dampak negatif bagi bangsa Indonesia itu
sendiri.
- Pengaruh Peradaban Barat di Indonesia
Peradaban Barat telah
menguasai dunia. Banyak perubahan-perubahan peradaban yang terjadi di penjuru
dunia ini, termasuk Indonesia. Indonesia tidak bisa menutup diri dari
peradaban barat. Masuknya budaya asing ke suatu negara sebenarnya merupakan hal
yang wajar, asalkan budaya tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa namun kita
harus tetap menjaga agar budaya kita tidak luntur. Sebagai identitas bangsa, budaya lokal harus
terus dijaga keaslian maupun kepemilikannya agar tidak dapat diakui oleh negara
lain.
Sumber
No comments:
Post a Comment